Komunitas virtual telah menjadi fenomena besar di Abad ke 21 ini. Betapa tidak? Komunitas virtual ini memiliki banyak sekali anggota dan uniknya, mereka dapat bergabung kapanpun dan dari manapun tempat asal mereka dari segala penjuru dunia.

Awal Mula

Ketertarikan masyarakat untuk menjadikan dunia virtual, menjadi dunia yang menarik bagi mereka adalah hasil bentukan sejak dulu. Dahulu, cikal bakal hal ini sangat terkait dengan teknologi komunikasi yang berkembang di era lalu. Jika kita coba melirik ke masa lalu. Awal mula ketertarikan masyarakat begitu besar dengan teknologi komunikasi adalah utamanya sejak zaman radio di sekitar tahun 1920.

Kemudian mulai adanya televisi juga makin memacu ketertarikan masyarakat dunia akan publikasi informasi pada tahun 1950 , dimana jangkauan siaran TV mulai meluas. Terlebih dengan adanya teknologi satelit dan ditemukannya komputer untuk pertama kali di tahun 1960. Pada era ini pula masuknya teknologi komunikasi paling canggih dan mutakhir dimana, seorang pakar ilmu komunikasi Evert M. Rogers menamainya dengan sebutan ” era interaktif “. Hal ini melahirkan sebuah produk teknologi bernama internet. Dan ini pula yang memicu lahirnya komunitas virtual

Komunitas Virtual vs Komunitas Organik

Sebelumnya, mari kita perbandingkan perbedaan antara komunitas virtual dan komunitas organik. Komunitas organik adalah komunitas konvensional dimana komunitas itu memang sering bertemu langsung antar anggotanya tanpa media perantara.

Seorang pakar bernama Van Dijk mengelompokkan hal tersebut menjadi empat perbedaan yakni berdasar komposisi, sosial organisasi, bahasa, dan kultur. Dari segi komposisi anggotanya, komunitas organik rata-rata memiliki umur yang relatif sama antara satu anggota dengan yang lain sedangkan komunitas virtual lebih beragam tingkat umur anggotanya. Kemudian dari segi sosial, komunitas organik lebih sering bertemu di satu tempat sedangkan komunitas virtual jarang sekali bertemu di dunia nyata melainkan hanya bercakap dan berinteraksi dengan media internet. Dari segi bahasa komunitas organik menggunkan bahasa verbal dan non verbal sama seperti komunitas virtual namun pada komunitas virtual bahasa yang digunakan lebih beragam. Dari segi kultur bidaya, biasanya komunitas organik punya kesamaan budaya dalam organisasi mereka sedangkan komunitas virtual heterogen karena mereka punya budaya yang amat kaya dan beragam.

Komunitas Virtual

Menurut salah seorang ahli ilmu komunikasi Nicholas W. Jankowski, komunikasi Virtual adalah sekelompok orang dalam sebuah komunitas di dunia maya. Dimana rang-orang di komunitas virtual ini menggunakan kata-kata di layar untuk berbasa-basi dan berdebat serta terlibat dalam wacana intelektual.

Komunitas virtual lahir dari era interaktif seperti sekarang ini. Hal ini sebagai dampak positif dari internet yang merupakan produk teknologi komunikasi penghasil komunitas tersebut. Maka, jika anda adalah seorang yang aktif terhubung ke internet dengan segala aktivitas seperti browsing hingga chatting dan mengikuti forum diskusi maka secara otomatis anda akan masuk sebagai bagian dari komunitas virtual tersebut.

Komunitas virtual di Indonesia kian meningkat seiring dengan tarif internet yang terjangkau dan harga perangkat yang kian murah.

Berdasarkan data Kominfo tahun 2014, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 82 juta, sehingga Indonesia menduduki peringkat ke-8 tertinggi sebagai pengguna internet di dunia.

Antusiasme pengguna internet di Indonesia dengan media sosialpun sangat semarak. Tercatat dalam laporan situs TechinAsia pada Januari 2015, bahwa ada 72 juta pengguna media sosial aktif dari Indonesia.

Media sosial seperti Facebook dan Twitter pun banyak “dihuni” oleh pengguna Internet Indonesia. Media sosial seperti ini memang menarik bagi masyarakat Indonesia karena pada dasarnya masyarakat Indonesia adalah tipe orang yang sangat senang ngobrol. Sehingga tak jarang, kita jumpai banyak sekali komunitas yang muncul disini. Mulai dari komunitas penggemar artis, teknologi, politik hingga grup jual beli pun ada disana. Komunitas virtual memang tumbuh cepat di negeri ini.

Komunitas virtual yang sangat aktif berbagi informasi ini bahkan sering kali berhasil mendapatkan berbagai berita yang lebih cepat dari pemberitaan resmi oleh media massa.

Sumbangsih Nyata Komunitas Virtual

Komunitas virtual bukan berarti merupakan komunitas semu yang anonim tanpa pengaruh dan sumbangsih. Anda masih ingat dengan kasus kriminalisasi KPK tahun 2009 yang menyeret Bibit dan Chandra? Kasus yang disebenarnya masih cacat hukum tersebut akhirnya diakhiri proses hukumnya karena dukungan masyarakat yang begitu besar di Internet. Kala itu masyarakat membentuk gerakan di internet bertajuk “satu juta dukungan untuk untuk Bibit-Chandra” dan akhirnya perjuangan mereka pun membuahkan hasil yang baik.

Bukan hanya itu, ada pula Kasus pencemaran nama baik RS Omni Jakarta. Kasus ini bermula ketika Prita Mulyasari , mantan pasien Rumah Sakit itu mencurahkan isi hatinya terkait pelayanan yang menurutnya tidak baik kemudian diceritakan dengan kawannya melalui e-mail. Dimana akhirnya hal itu diketahui oleh RS Omni dan dianggap sebagai pencemaran nama baik. Prita pun mendapat sanksi denda sekira Rp 204 juta. Rupanya kasus ini menuai keprihatinan masyarakat di Internet sehingga mereka berinisiatif membentuk gerakan amal “koin untuk Prita” yang mana ternyata mereka berhasil mendapat sumbangan lebih dari target awal yakni hingga Rp 1 miliyar. Karena begitu besarnya dukungan masyarakat internet, Rs Omni memutuskan untuk tidak melanjutkan kasus hukum terhadap Prita tersebut.

Belum lagi adanya berita tentang seorang bayi bernama Bilqis, dimana ia punya penyakit dibagian Empedu sehingga harus melakukan transplantasi empedu. Permasalahan waktu itu adalah biaya yang dibutuhkan sangat mahal yakni hingga Rp 1 miliyar. Sontak, keluarga pun merasa putus asa karena biaya yang sangat fantastis itu. Namun, lagi-lagi masyarakat melalui internet kembali berinisiatif untuk menyebarkan berita ini dan mendirikan sebuah grup di media sosial untuk menampung bantuan dari orang-orang bahkan mereka menyediakan rekening khusus untuk menampung dana tersebut nantinya. Hasilnya? Sesuai harapan, biaya 1 Miliar rupiah lebih pun dapat terkumpul, melampaui target awal mereka.

Kesimpulan

Komunitas Virtual yang merupakan kumpulan masyarakat dalam dunia maya memiliki banyak hal unik. Sebab, meskipun mereka tidak pernah bertemu sebelumnya ataupun bahkan belum pernah bertatap muka langsung hingga kini. Namun ternyata mereka membuktikan eksistensi dengan solidaritas yang terbangun diantara mereka, ini mambuatnya tak jauh beda dari komunitas organik. Meskipun banyak stigma negatif bahwa mereka kadang punya oknum tak bertanggung jawab yang menyebar informasi palsu. Namun toh, sumbangsih mereka dapat dirasa masyarakat luas. Mulai dari dukungan hingga penggalangan dana dapat mereka lakukan. Luar biasa bukan ? inilah komunitas virtual yang sebenarnya.

REFERENSI

  • Creating Community with Media : History, Theories and Scientific
    Investigations
  • Saydam, Gouzali. (2005). ”Teknologi telekomunikasi”. Bandung: Alfaberta
  • id.techinasia.com/statistik-pengguna-internet-di-asia-dan-indonesia-slideshow
  • kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker