Delapan tahun yang lalu aku memposting artikel pertama sebagai tanda kepemilikan domain blog, yang ku daftarkan diwordpress (blog sebelumnya). Delapan tahun yang lalu pula, semua impian aku susun, langkah-langkah strategis dalam hidup dan karir bahkan sudah ku visualisasikan. Allah berkehendak lain, semua gagal. Tidak ada satupun yang berhasil aku wujudkan bahkan ketika sudah berpeluh diupayakan. Serius, tidak ada satupun.

Tapi tidaklah mungkin sebuah cobaan datang bertubi-tubi, halus dan mematikan, untuk dimaklumi sebagai sebuah ujian. Melainkan kesemua itu lebih elok disebut Azab. Alih-alih menyalahkan Allah atau mempertanyakan takdir, aku malah tersadar dengan beberapa prinsip hidup dari berbagai bacaan, Orang Tua dan para Alim yang secara sadar dilalaikan.

Pertama: “Jangan berbohong”.
Kebohongan ini terjadi untuk melindungi entitas yang dicintai agar tetap berjalan secara ajeg. Tapi tidak ada kebohongan untuk kebaikan karena kebohongan berarti menutupi kesalahan. Kesalahan hendaknya disampaikan kepada ahlinya untuk dicarikan solusi. Hal pahit dari kejujuran selalu terjadi pada awalnya saja, meski awal ini dapat berupa durasi satu hari, satu pekan atau satu tahun. Permasalahan silih berganti, kelau satu kebohongan bisa menutupi satu maslaah, lalu akan sangat sulit menutupi 10 kesalahan dari 10 masalah lain yang akan muncul kemudian.

Hidup itu seperti rollercoster kata seorang penulis, kegilaannya selalu berbeda satu dengan lainnya. Percayalah, ujian tidak akan melebihi kemampuan seorang hamba Allah. Kegilaan tantangan sebuah keluarga tidak akan melebihi kemampuan keluarga tersebut untuk menikmatinya, sama seperti rollercoster itu. Track yang dilalui, debaran jantung yang terasa, akan selalu berbeda tapi keseruan sesudahnya juga tidak akan sama.

Kedua: “Bergaul selayaknya mencari obat dan bergaul selayaknya mencari makanan”.
Bergaul itu tidak selalu dengan mencari teman yang pribadinya sudah dikenal, bukan satu kampung, bukan satu hobi, apalagi satu angkatan. Pergaulan ini bebas, sangat bagus dilakukan dengan orang yang lebih tua dan bijak atau baru saja ditemui dalam momen yang benar. Seperti mencari obat, bergaul dengan memilih sosok terbaik yang dapat menawar penyakit diri, tidak selalu dilakukan setiap hari tapi berkualitas.

Sedangkan bergaul seperti mencari makanan dapat ditafsir sering dilakukan dengan porsi gizi yang seimbang tanpa GMO dan higinis. Konsekuensinya, dilakukan hampir setiap hari yang tentunya harus dinilai mengenai siapa saja yang akan mendatangkan kesehatan dan mana saja yang mendatang keburukan. Pergaulan ini tarik-menarik, mana yang akan ikut lebih dulu aku atau anggota pergaulanku ini. Pergaulan juga begitu mudah mewarnai, disamping seberapa kuat aku mewarnai mereka.

Ketiga: “Jangan pernah mencampur kebaikan dengan keburukan”.
Sebuah konsep paling mulia yang disamarkan oleh banyak pihak tidak bertanggung jawab. Nyata betul bahwa keduanya tidak akan pernah bersatu. Allah yang Maha Mengetahui sudah menyatakan bahwa tabiat manusia adalah berbuat dosa, tapi yang akan dicintai Allah adalah yang senantiasa bertaubat. Pertaubatan ini bukan mencampurkan kebaikan dengan keburukan, seperti pernyataan berikut, “jika kamu bermaksiat, janganlah lupa untuk tetap beribadah”. Tidak, ini adalah utopis. Arif seandainya dinyatakan “jika bermaksiat, segeralah tinggalkan maksiat itu lalu bertaubatlah”. Soal berapa kali repetisi kalimat digaungkan, tetaplah menjadi sebuah nasehat bijak. Ingat kembali, bahwa Allah menyukai hamba yang selalu bertaubat bukan hamba yang tidak pernah salah.

Aku merasakan betul, bahwa ibadah selalu dilakukan tapi tidak pernah berbekas, rupanya kesalahan terus menerus dikerjakan dengan santai. Keburukan satu dikerjakan, masuk kedalam keburukan selanjutnya. Mewarnai yang lain dalam pergaulan, hingga membahayakan diri, selalu dirutinkan. Bukan aib yang diumbar, karena aku menjelaskan semua ini secara klise. Poin utamanya adalah ketiga nasehat bijak yang pernah aku terobos.

Barangkali kita tidak saling kenal, tapi percayalah, hidupku hari ini barangkali lebih hancur dari hidupmu. Kesalahanku pada delapan tahun ini, lebih memalukan untuk diceritakan daripada kesalahanmu dalam periode yang sama. Kata-kata dalam artikel ini ditulis setelah aku melalui banyak kegilaan dan berusaha bangkit setelahnya. Saat ini aku masih berusaha bangkit, pelan tapi pasti satu persatu masalah berhasil dihadapi dan terselesaikan dengan manis. sekali lagi, baru satu persatu.

Bila kamu merasa sedang berada pada titik terburukmu hari ini dan sampailah kamu pada paragraf akhir ini, maka saya ucapkan “selamat!”. Sebab saya akan wasiatkan satu kata ajaib yang harus segera kamu lakukan “segera catat semua kesalahan dan bertaubatlah”. Jika kesalahan ini menyangkut orang lain segeralah agendakan untuk minta maaf. Jika kesalahan itu mengenai hubungganmu dengan Allah segeralah minta ampun, berdoalah agar jiwamu dikuatkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Jangan pernah merasa terpuruk, jika semua meninggalkanmu untuk saat ini, Allah yang akan menyatukan mereka kembali padamu, atau menambahkannya dengan yang lebih baik melalui izinNya.